Ada yang malas membersihkan litter box? Well, setelah membaca artikel ini, jangan sampai malas lagi deh! Meskipun kotoran kucing itu bau, cat owners harus tahu informasi penting berikut. Konsistensi warna pup dan bentuknya menjadi tanda level sehat anabul. Kok bisa? Baca bentar yuk!
Kotoran Kucing yang Sehat
Warna kotoran kucing yang sehat adalah coklat hingga coklat tua dengan bentuk bulat memanjang. Bentuk pup yang keras--tidak lembek ataupun tidak keras seperti kerikil, menunjukkan kondisi kucing yang sehat. Selain itu, kucing sehat tidak terlihat jejak darah atau lendir pada kotorannya.
Kotoran kucing memang bau. Namun kucing sehat kotorannya tidak berbau logam, tidak berbau busuk, dan tidak berbau tengik. Jika bau kotorannya membuatmu sampai menutup hidung hingga keluar ruangan, kucingmu mungkin dalam keadaan tidak sehat.
Kucing dewasa yang sehat akan buang air di litter box-nya satu kali hingga dua kali sehari. Banyak kucing yang buang air besar segera setelah ia menyantap makanannya. Hal ini adalah respons tubuh yang normal. Anak kucing bisa buang air tiga kali sampai empat kali sehari, atau bahkan lebih. Kotoran anak kucing lebih lembut dibandingkan kotoran kucing dewasa, namun tetap tidak boleh encer, berlendir, apalagi berdarah.
Kotoran Kucing yang Abnormal Menandakan Masalah Kesehatan
Dengan memperhatikan konsistensi bentuk dan warna, kamu bisa mendeteksi apakah kucingmu sehat atau tidak. Alasan potensial penyebab kotoran kucing abnormal bisa karena banyak sebab. Sebelum membawanya ke dokter, periksa apakah ada perubahan yang tidak biasanya pada kotorannya.
9 Warna dan Bentuk Kotoran Kucing yang Abnormal
Dari gambar di atas maka kita bisa tahu bahwa warna pup atau feses beserta bentuknya mempengaruhi kesehatan kucing pada saat itu. Berikut penjelasannya:
Merah: ada jejak darah dalam kotoran kucing dapat menjadi tanda adanya infeksi (virus panleukopenia), konstipasi, kesalahan pola makan, stres, parasit, radang pada usus, kanker, dan masih banyak lagi.
Hitam: ada indikasi sakit maag, infeksi, radang usus, atau parasit.
Kuning: kotoran bergerak terlalu cepat pada saluran pencernaan. Penyebabnya meliputi infeksi bakteri, parasit, kondisi hati, atau kondisi kantung empedu.
Hijau: penyebabnya mirip dengan kotoran kuning, yaitu ada infeksi dan gangguan pada hati atau empedu.
Pup encer: ada radang usus atau ususnya tidak mampu menyerap cairan dengan baik. Penyebabnya adalah perubahan pola makan yang cepat, pola diet yang salah, stres, infeksi, parasit, hingga kondisi sistemik seperti hipertiroidisme, atau tanda awal penyakit kanker.
Lendir pada pup kucing, atau bentuk pup seperti jeli: biasanya berhubungan dengan peradangan pada usus. Penyebabnya bisa dari perubahan pola makan yang cepat, infeksi, radang usus, atau parasit seperti giardia (protozoa yang menyebabkan diare pada hewan).
Putih: walaupun jarang terjadi, warna putih mengindikasikan adanya gangguan pada sistem empedu. Penyebabnya dari penyumbatan saluran empedu atau penurunan aliran empedu (kolestasis). Ada juga warna putih yang diakibatkan dari jamur karena kotorannya tertinggal di litter box dalam waktu lama.
Bercak putih pada pup: bintik putih kecil seperti butiran beras biasanya cacing pita, sedangkan yang tipis memanjang adalah cacing gelang.
Bentuk yang keras: sembelit, dehidrasi, dan sulit buang air besar akibat gangguan pada usus atau anus.
Harap diperhatikan juga bahwa perubahan warna bisa juga disebabkan oleh perubahan makanan. Misalnya jika dry food kucing berwarna merah, ada kemungkinan kotoran kucing juga mengandung warna serupa. Dalam hal ini, cat owners tidak perlu khawatir jika makanan anabul baru saja diganti baru-baru ini. Perubahan warna kotorannya sebagian besar disebabkan oleh makanan barunya.
Sudah Cek Kotoran Kucing, Lalu Kapan Dibawa ke Dokter?
Jika kondisi pupnya abnormal atau sesuai dengan ciri-ciri di atas tadi tapi kucing tetap bersikap seperti biasa, maka kamu ga perlu khawatir. Namun jika kotoran kucing terlihat encer, buang air besarnya tidak normal (terlalu sering atau jarang), bahkan disertai penurunan nafsu makan hingga muntah-muntah, maka kamu perlu segera menemui dokter hewan.
Dalam kebanyakan kasus kucing yang sakit, darah pada kotoran mungkin menunjukkan tanda penyakit. Oleh karena itu kucing harus segera dibawa ke dokter. Hal yang sama juga berlaku jika melihat tanda cacing dalam kotorannya. Coba ingat dengan baik kotoran seperti apa yang mengandung parasit cacing.
Perhatikan dengan baik tanda lainnya di bawah ini saat kucing harus segera dibawa ke dokter:
Muntah-muntah
Kucing tidak nafsu makan
Mengejan untuk buang air besar atau buang air kecil
Penurunan berat badan
Bulu terlihat kuyu dan tidak terawat
Lesu, tidak mau diajak bermain
Perutnya sakit saat diangkat (digendong)
Air liurnya banyak
Dehidrasi membuat kulitnya tidak rata dalam waktu yang lama (coba cubit kulit di antara tulang belikatnya, jika tidak kembali seperti semula maka dia sakit)
Minum terus-menerus
Stres, jenis makanan, dan perubahan pola makan yang tiba-tiba bisa mempengaruhi kotoran kucing. Perhatikan bentuknya dalam beberapa hari. Jika kembali normal, maka kucing tidak perlu dibawa ke dokter.
Cara Menjaga Kotoran Kucing Tetap Normal
Langkah-langkah berikut diharapkan dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan kucing:
Berikan makanan yang berkualitas sesuai porsi dan usia kucing
Saat mengubah pola makanannya, lakukan secara perlahan dalam satu minggu
Lakukan konsultasi dengan dokter hewan untuk pencegahan parasit
Jangan memberikan makanan manusia untuk kucing
Jauhkan kucing dari bahan berbahaya yang dapat mengganggu kesehatannya
Jauhkan barang-barang kecil dan benda lainnya dari risiko digigiti dan ditelan kucing
Beri suplemen atau vitamin untuk membantu kesehatan kucing menurut rekomendasi dokter
Dengan menerapkan kebiasaan sehat dan bersih, kucing bisa hidup nyaman dan panjang umur. Gimana? Apakah artikel ini memberi wawasan yang baru untukmu? Mulai sekarang, yuk rajin perhatikan kondisi anabul waktu buang air agar kondisi kesehatannya terjaga!
Baca artikel menarik lainnya di sini!
Comments